Jumat, 17 Desember 2010

Biarlah Syair...

Kalian adalah bocah-bocah kecil yang sungguh luar biasa
Di dalam usiamu yang masih begitu belia tersimpan kedewasaan tuk menatap hidup
Bermain dengan kerasnya dunia
Menatap kelemahlembutan manusia
Berharap dengan lantunan doa

Dan kini,…
Maafkan tuk diri ini yang begitu egois dengan individu masing-masing
Sikap cuek, enggan, dan sungkan untuk dapat mengusap air mata kepedihanmu…
Sedikit meraba tuk melihat senyum manismu…
Sedang tulisan ini, sungguh…. Sama sekali tak dapat merubah nasib kalian…
Bahkan kalian pun tak dapat membacanya…

Biarlah…
Biarlah kalung syair ini yang selalu mengalir untukmu, walau kalian tak pernah tahu…
Bocah-bocah Jalanan yang sungguh berjiwa besar....

Maaf bila aku tak bisa menjadi bidadari untuk kalian...

Maaafkan aku…

Kedatanganku tak pernah membawakan kalian sekelumit cinta
Sapa dan salamku tak menyertai bingkisan kue dan cokelat
Pandangan mataku sama sekali tak dapat merubah hidup kalian
Aku tak bisa datang layaknya bidadari dengan sejuta kejutan pembawa keberuntungan
Aku tak mungkin bisa menjadi malaikat pembagi rezeki untuk kalian
Aku hanyalah sosok gadis biasa yang ingin mencintai kalian
Ku tahu, kehidupanmu yang keras membuatmu sulit mengartikan sebuah ketulusan
Duniamu yang gelap begitu sukar menemukan cinta
Bila kau tak pernah menuai kebahagiaan masa kecil seperti yang kau lihat layaknya teman-teman kecilmu disana…

Antar jemput mobil ke sekolah…
Jalan-jalan ke mall bersama orang tuanya
Bermain bersama teman-temannya

Tapi,…
Apa yang kalian lakukan disini sangatlah berbeda…
Menyusuri setiap jalan tuk menjajahkan koranmu
Tak jarang kau bermain dengan maut menyusuri kereta
Tak da kata lagi tuk mengelu…
Tak da waktu lagi tuk bermanja-manja

Maafkan aku yang tak bisa membantu sama sekali…
Ku kirim seuntai doa cintaku untukmu
Sahabat-sahabat kecilku…

Kedewasaanmu… sungguh membuatku kagum
Ketabahan dan ketegaranmu adalah perisai yang tak kan pernah pudar
Kalian adalah sosok bocah luar biasa yang tak kan mati tergilas zaman
Begitu suci dan murni hatimu…
Ku harap Allah kan menjaga dan melindungimu selalu di sana…

Amin…

"Kebiasaan" Pencitraan "Buruk" Wajah Indonesia

Pendidikan di negara kita tercinta

Aku heran dengan sistem pendidikan yangselalu ditanamkan dari para pendidik-pendidik kepada generasi-generasi cilik.

Sejak kecil kita selalu di ajarkan, bahwa "negara indonesia tercintaadalah negara terkorup di dunia, negara termiskin, negara terbanyak populasipenduduknya, negara terkumuh, negara yang sedang berkembang dan bahkan ada yangmenyebutnya negara terbelakang." Pokoknya pada intinya negara yang sangat buruk di banding dengantetangga-tetangga kita seperi Malaysia, Australia atau bahkan sangat jauh bila bersanding denganJepang atau Amerika. Itu yang selalu guru-guru ajarkan dan tanamkan dalam benakpikiran sang anak.

Tak hanya itu, berbagai konotasi-konotasiburuk seperti rakyat indonesia yang pemalas, kurang bekerja keras, kalahbersaing dengan rakyat RRC yang tinggal di indonesia langsung, masyarakattelatan yang jauh berbeda dengan jepang, rakyat indonesia yang jauh disiplinketimbang malaysia atau singapura, dan lain sebagainya yang pada inti permasalahanya manusia indonesia jauh berkualitas rendah dibanding manusia belahan negaralain.
Tentu, kita tak pernah memilih untukterlahir sebagai anggota bangsa mana, keturunan siapa dan lain sebagainya.Jelas kita tak dapat mengatakan bayi indonesia jelas lebih bodoh ketimbang bayiamerika atau bayi jepang,, bukan begitu?
Lalu lantas apa yang membedakan merekakelak saat dewasa, mengapa bayi indonesia tersebut cenderung menjadi manusiayang pengecut, penakut dan bla...bla..bla... yang initnya buruk, sedangkan bayijepang tersebut saat dewasa menjadi seorang pembisnis yang hebat, ilmuwanterkemuka, pemimpin handal dan lain sebagainya.
Lingkungan? Makanan? Gizi? Pendidikan?Culture atau kebudayaan?
Itulah yang ingin saya bahas disini. Salahsatunya adalah kebudayaaan. Penekanan kepada generasi muda akan hal-hal buruk ,perkataan yang buruk, penyampaian pesan yang buruk, berita-berita faktual yangburuk, tentu akan mempengaruhi otak dan pola pikirnya.

Misalnya saja, seorang anak yang sejakkecil di didik dengan kekerasan, dalam artian kekerasan kata-kata, selaludimarahi oleh orang tuanya, di cap sebagai anak nakal, anak bendel, anakdurhaka, anak pemalas, anak bodoh dan lain sebagainya.... Walhasil, sang anakbenar-benar akan menjadikannya apa yang selalu dia dengar sebagai pencitraandirinya.

"aku tak mau mengerjakan PR karena mamabilang aku malas"
"aku tak mau menurut sama mama karena akuanak durhaka"
"ga pa pa aku berkelahi dengan temankukarena mama bilang aku anak nakal"

Itulah yang ada dibenak mereka, apalagiuntuk anak dibawah 9 belum mencapai akhil baliq, dimana mereka belum terlalumengerti untuk membedakan sebuah kebenaran dan kesalahan.
Begitu pula dengan isi materi pendidikansosial anak-anak seusia sekolah dasar. Kebudayaanlah yang telah menciptkan manusia-manusiaindonesia macam mana ini. Sikap mental mereka dibentuk dari apa  yang telah mereka ajarkan sendiri lewatpendidikannya sewaktu kecil.
"Indonesiaku yang kaya akan sumber dayaalam tetapi sumber daya manusia nya begitu bodoh tak bisa memanfaatkanya.Indonesiaku yang kaya akan sdm tetapi begitu pemalas. Indonesiaku yang selalumenggunakan jam karet". Itulah yang selalu di dengung-dengungkan, digembor-gemborkan dan menjadi simbol indonesiaku.
Sehingga, sudah dipastikan saat terjadikrisis sumber daya alam, hal itu di makhlumin. Biasalah orang indonesia kanmemang bodoh tak bisa mengolah sda nya dengan baik. Saat manusia-manusianyakalah bersaing  secara kualitas denganbangsa lain, seperti misalnya indonesia mengirim tkw berupa prt ke negeri lain,sedangkan jepang mengirim tkw sebagai direktur, atau menejer, kita hanya bisaberdecak kagum dan berkata biasalah orang indonesia kan pemalas , tak sukabekerja. Lagi-lagi saat budaya telat di setiap acara selalu kita memakhluminyadengan berkata bisalah jam kita kan karet jadi selalu molor.

Biasalah... biaasalah... memang begitu, kalautidak begitu malah aneh. Coba saja apabila terdapat seseorang indonesia sepertisri mulyani yang di tawari jabatan tinggi dalam world bank. Kita berdecak-decakkagum.. luar biasa, kok bisa ya? Saat batu bara kita dapat kita manfaatkanuntuk memakmurkan bumi ini, rakyat lagi-lagi dibuat kagum olehnya. Saatseseorang datang ke sebuah acara tepat waktu, oh... sungguh malang ia menjadibahan ejekan rekan-rekannya. Ngapain datang pagi-pagi, paling juga molor... L
Menyedihkan,Mengapa bisa begitu ya???
Ya .... Karena sejak dahulu, kita dididikdengan simbol-simbol pencitraan buruk, stempel-stempel yang sangat amat sekalimerendahkan diri sendiri. Kita yang pemalas, kita yang bodoh, kita yangtelatan, seakan-akan telah menjadi culture sendiri sebagai inilah wajahindonesia.
Permainan kata-kata yang sungguh mematikangenerasi kita, semisalnya saja petikan bhineka tunggal ika. Sejak dulu kitamembangga-banggakan semboyan itu, kita bangsa yang hebat walaupun terpisahkanoleh laut dan samudera dari sabang sampai merauke kita tetap bisa bersatu jua.Sampai saat ini, benar-benar dapat bersatu bukan? Tak dapat kita bayangkanapabila semboyan itu berganti dengan "hati-hati kita bangsa yang mudah terpecahbelah karena memiliki banyak perbedaan." Tentu tanggapan negatif membentu kitasaling menonjolkan perbedaan itu.

Nah, demikian pula... seandainya dahulu yangselalu petua-petua kita sampaikan adalah kita adalah bangsa yang kaya akansumber daya alam, kaya akan sumber daya manusia yang intelek, manusia yangrajin, makmur seperti ketika zaman keemasan kerajaaan sriwijaya. Kita adalahbangsa yang kuat karena mampu melawan penjajah dengan bambu runcing. Kitaadalah bangsa yang makmur dengan padi menguning di sawah, rakyat yang hidupmakmur. Dan bla..bla..bla.... yang intinya dapat memicu semangat kita untuk dapatmembuktikan bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang terbaik tak kalah baiknyadengan negara tetangga.

Begitulah sekiranya, para pendidik lebihmenyadari akan arti penting mendidik mereka. Tidak hanya mengatakankonsep,teori dan faktual tetapi juga lebih menanamkan jiwa mereka, kepribadianmereka kepada hal-hal yang positif yang sebenarnya sangat berdampak terhadaphari kedepannya di masa yang akan datang.

Surat Untuk "Beliau"

Dulu…..

Ibu selalu berkata Engkaulah “lelaki terhebat” yang ada di sepanjang zaman…

Guruku selalu bangga menceritakan serpihan-serpihan mozaik kisah perjalananmu…

Sejarah tak pernah ragu mengakuimu sebagai manusia “berpengaruh” di dunia



Namun,sampai sekarang,….

Aku belum mengenal siapakah dirimu…

Sungguh sulit sekali tuk bisa mengenalmu lebih jauh…

Siapakah dirimu wahai engkau yang berwajah tampan? (kata banyak orang)

Siapakah dirimu wahai lelaki berbudi sempurna? (kata banyak buku menggambarkan)

Siapakah gerangan dirimu itu, hingga engkau memiliki sahabat-sahabat luar biasa?

Siapakah dirimu hingga banyak manusia-manusia percaya akan risalahmu hingga di penghujung akhir dunia?



“Beliau adalah orang yang paling lemah lembut, paling murah hati, dan tak berbeda dengan seorang laki-laki diantara kalian. Hanya saja, beliau sering tertawa yang berupa senyuman.”(Aisyah binti Abu Bakar ra)





Rasul…..

Mungkin Engkau menangis melihat umat zaman sekarang yang mungkin lebih parah ketimbang umat Nabi Nuh atau Nabi Luth atau kaum-kaum yang telah dihancurkan dahulu…

Liat saja, manusia-manusia seperti diriku ini yang begitu tak mengenal Tuhannya dengan bangganya hidup laksana tanpa dosa menginjak-injak bumi-Nya.

Manusia-manusia semacam aku berkelakuan bejat ini

Tak puas homoseksual laksana kaum luth,

Kami bangga dengan pacaran, sek bebas, alcohol, drug, obat-obat terlarang dan pergaulan bebas…



Engkau kecewa… itu jelas…

Tapi Engkau tak pernah mengutuk, menyakiti umatmu… atau bahkan berdoa agar ditimpahkan azab kepada kami…

Tak pernah doa buruk terlontar dari “bibirmu”

Engkau selalu meminta ampun segala kesalahan-kesalahan kami…

Begitu cintanya engkau kepada kami melebihi engkau mencintai dirimu sendiri…

Namun mengapa rasa rindu itu, rasa cinta itu.. sulit sekali tuk ku berikan untukmu…



Engkau telah lama pergi meninggalkan kita semua,

Banyak umatmu yang sangat kehilangan sosok agung seperti dirimu…

Umatmu yang berlarian, lepas tak tahu akan pegangan hidup…

Ijinkan ku mengantar surat kecil ini untukmu… sebagai jeritan hati kecil yang tak pernah berhenti…

Keinginan untuk belajar mencintaimu…

ijinkanlah diri yang hina ini menjadi salah satu daftar dari beribu-ribu“penggemarmu”

“Pengagummu” dan “Perindumu.”