Jumat, 17 Desember 2010

"Kebiasaan" Pencitraan "Buruk" Wajah Indonesia

Pendidikan di negara kita tercinta

Aku heran dengan sistem pendidikan yangselalu ditanamkan dari para pendidik-pendidik kepada generasi-generasi cilik.

Sejak kecil kita selalu di ajarkan, bahwa "negara indonesia tercintaadalah negara terkorup di dunia, negara termiskin, negara terbanyak populasipenduduknya, negara terkumuh, negara yang sedang berkembang dan bahkan ada yangmenyebutnya negara terbelakang." Pokoknya pada intinya negara yang sangat buruk di banding dengantetangga-tetangga kita seperi Malaysia, Australia atau bahkan sangat jauh bila bersanding denganJepang atau Amerika. Itu yang selalu guru-guru ajarkan dan tanamkan dalam benakpikiran sang anak.

Tak hanya itu, berbagai konotasi-konotasiburuk seperti rakyat indonesia yang pemalas, kurang bekerja keras, kalahbersaing dengan rakyat RRC yang tinggal di indonesia langsung, masyarakattelatan yang jauh berbeda dengan jepang, rakyat indonesia yang jauh disiplinketimbang malaysia atau singapura, dan lain sebagainya yang pada inti permasalahanya manusia indonesia jauh berkualitas rendah dibanding manusia belahan negaralain.
Tentu, kita tak pernah memilih untukterlahir sebagai anggota bangsa mana, keturunan siapa dan lain sebagainya.Jelas kita tak dapat mengatakan bayi indonesia jelas lebih bodoh ketimbang bayiamerika atau bayi jepang,, bukan begitu?
Lalu lantas apa yang membedakan merekakelak saat dewasa, mengapa bayi indonesia tersebut cenderung menjadi manusiayang pengecut, penakut dan bla...bla..bla... yang initnya buruk, sedangkan bayijepang tersebut saat dewasa menjadi seorang pembisnis yang hebat, ilmuwanterkemuka, pemimpin handal dan lain sebagainya.
Lingkungan? Makanan? Gizi? Pendidikan?Culture atau kebudayaan?
Itulah yang ingin saya bahas disini. Salahsatunya adalah kebudayaaan. Penekanan kepada generasi muda akan hal-hal buruk ,perkataan yang buruk, penyampaian pesan yang buruk, berita-berita faktual yangburuk, tentu akan mempengaruhi otak dan pola pikirnya.

Misalnya saja, seorang anak yang sejakkecil di didik dengan kekerasan, dalam artian kekerasan kata-kata, selaludimarahi oleh orang tuanya, di cap sebagai anak nakal, anak bendel, anakdurhaka, anak pemalas, anak bodoh dan lain sebagainya.... Walhasil, sang anakbenar-benar akan menjadikannya apa yang selalu dia dengar sebagai pencitraandirinya.

"aku tak mau mengerjakan PR karena mamabilang aku malas"
"aku tak mau menurut sama mama karena akuanak durhaka"
"ga pa pa aku berkelahi dengan temankukarena mama bilang aku anak nakal"

Itulah yang ada dibenak mereka, apalagiuntuk anak dibawah 9 belum mencapai akhil baliq, dimana mereka belum terlalumengerti untuk membedakan sebuah kebenaran dan kesalahan.
Begitu pula dengan isi materi pendidikansosial anak-anak seusia sekolah dasar. Kebudayaanlah yang telah menciptkan manusia-manusiaindonesia macam mana ini. Sikap mental mereka dibentuk dari apa  yang telah mereka ajarkan sendiri lewatpendidikannya sewaktu kecil.
"Indonesiaku yang kaya akan sumber dayaalam tetapi sumber daya manusia nya begitu bodoh tak bisa memanfaatkanya.Indonesiaku yang kaya akan sdm tetapi begitu pemalas. Indonesiaku yang selalumenggunakan jam karet". Itulah yang selalu di dengung-dengungkan, digembor-gemborkan dan menjadi simbol indonesiaku.
Sehingga, sudah dipastikan saat terjadikrisis sumber daya alam, hal itu di makhlumin. Biasalah orang indonesia kanmemang bodoh tak bisa mengolah sda nya dengan baik. Saat manusia-manusianyakalah bersaing  secara kualitas denganbangsa lain, seperti misalnya indonesia mengirim tkw berupa prt ke negeri lain,sedangkan jepang mengirim tkw sebagai direktur, atau menejer, kita hanya bisaberdecak kagum dan berkata biasalah orang indonesia kan pemalas , tak sukabekerja. Lagi-lagi saat budaya telat di setiap acara selalu kita memakhluminyadengan berkata bisalah jam kita kan karet jadi selalu molor.

Biasalah... biaasalah... memang begitu, kalautidak begitu malah aneh. Coba saja apabila terdapat seseorang indonesia sepertisri mulyani yang di tawari jabatan tinggi dalam world bank. Kita berdecak-decakkagum.. luar biasa, kok bisa ya? Saat batu bara kita dapat kita manfaatkanuntuk memakmurkan bumi ini, rakyat lagi-lagi dibuat kagum olehnya. Saatseseorang datang ke sebuah acara tepat waktu, oh... sungguh malang ia menjadibahan ejekan rekan-rekannya. Ngapain datang pagi-pagi, paling juga molor... L
Menyedihkan,Mengapa bisa begitu ya???
Ya .... Karena sejak dahulu, kita dididikdengan simbol-simbol pencitraan buruk, stempel-stempel yang sangat amat sekalimerendahkan diri sendiri. Kita yang pemalas, kita yang bodoh, kita yangtelatan, seakan-akan telah menjadi culture sendiri sebagai inilah wajahindonesia.
Permainan kata-kata yang sungguh mematikangenerasi kita, semisalnya saja petikan bhineka tunggal ika. Sejak dulu kitamembangga-banggakan semboyan itu, kita bangsa yang hebat walaupun terpisahkanoleh laut dan samudera dari sabang sampai merauke kita tetap bisa bersatu jua.Sampai saat ini, benar-benar dapat bersatu bukan? Tak dapat kita bayangkanapabila semboyan itu berganti dengan "hati-hati kita bangsa yang mudah terpecahbelah karena memiliki banyak perbedaan." Tentu tanggapan negatif membentu kitasaling menonjolkan perbedaan itu.

Nah, demikian pula... seandainya dahulu yangselalu petua-petua kita sampaikan adalah kita adalah bangsa yang kaya akansumber daya alam, kaya akan sumber daya manusia yang intelek, manusia yangrajin, makmur seperti ketika zaman keemasan kerajaaan sriwijaya. Kita adalahbangsa yang kuat karena mampu melawan penjajah dengan bambu runcing. Kitaadalah bangsa yang makmur dengan padi menguning di sawah, rakyat yang hidupmakmur. Dan bla..bla..bla.... yang intinya dapat memicu semangat kita untuk dapatmembuktikan bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang terbaik tak kalah baiknyadengan negara tetangga.

Begitulah sekiranya, para pendidik lebihmenyadari akan arti penting mendidik mereka. Tidak hanya mengatakankonsep,teori dan faktual tetapi juga lebih menanamkan jiwa mereka, kepribadianmereka kepada hal-hal yang positif yang sebenarnya sangat berdampak terhadaphari kedepannya di masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar