Jumat, 17 Desember 2010

Surat Untuk "Beliau"

Dulu…..

Ibu selalu berkata Engkaulah “lelaki terhebat” yang ada di sepanjang zaman…

Guruku selalu bangga menceritakan serpihan-serpihan mozaik kisah perjalananmu…

Sejarah tak pernah ragu mengakuimu sebagai manusia “berpengaruh” di dunia



Namun,sampai sekarang,….

Aku belum mengenal siapakah dirimu…

Sungguh sulit sekali tuk bisa mengenalmu lebih jauh…

Siapakah dirimu wahai engkau yang berwajah tampan? (kata banyak orang)

Siapakah dirimu wahai lelaki berbudi sempurna? (kata banyak buku menggambarkan)

Siapakah gerangan dirimu itu, hingga engkau memiliki sahabat-sahabat luar biasa?

Siapakah dirimu hingga banyak manusia-manusia percaya akan risalahmu hingga di penghujung akhir dunia?



“Beliau adalah orang yang paling lemah lembut, paling murah hati, dan tak berbeda dengan seorang laki-laki diantara kalian. Hanya saja, beliau sering tertawa yang berupa senyuman.”(Aisyah binti Abu Bakar ra)





Rasul…..

Mungkin Engkau menangis melihat umat zaman sekarang yang mungkin lebih parah ketimbang umat Nabi Nuh atau Nabi Luth atau kaum-kaum yang telah dihancurkan dahulu…

Liat saja, manusia-manusia seperti diriku ini yang begitu tak mengenal Tuhannya dengan bangganya hidup laksana tanpa dosa menginjak-injak bumi-Nya.

Manusia-manusia semacam aku berkelakuan bejat ini

Tak puas homoseksual laksana kaum luth,

Kami bangga dengan pacaran, sek bebas, alcohol, drug, obat-obat terlarang dan pergaulan bebas…



Engkau kecewa… itu jelas…

Tapi Engkau tak pernah mengutuk, menyakiti umatmu… atau bahkan berdoa agar ditimpahkan azab kepada kami…

Tak pernah doa buruk terlontar dari “bibirmu”

Engkau selalu meminta ampun segala kesalahan-kesalahan kami…

Begitu cintanya engkau kepada kami melebihi engkau mencintai dirimu sendiri…

Namun mengapa rasa rindu itu, rasa cinta itu.. sulit sekali tuk ku berikan untukmu…



Engkau telah lama pergi meninggalkan kita semua,

Banyak umatmu yang sangat kehilangan sosok agung seperti dirimu…

Umatmu yang berlarian, lepas tak tahu akan pegangan hidup…

Ijinkan ku mengantar surat kecil ini untukmu… sebagai jeritan hati kecil yang tak pernah berhenti…

Keinginan untuk belajar mencintaimu…

ijinkanlah diri yang hina ini menjadi salah satu daftar dari beribu-ribu“penggemarmu”

“Pengagummu” dan “Perindumu.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar